Guru Honor Dipecat Lantaran SMS Tentang Gaji Yang 3 Tahun Belum Dibayar

Diposting pada
Ironis memang dengan dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini. Mulai dari carut-marutnya pemberlakuan kurikulum sampai dengan tenaga kependidikannya. Kabar miris datang dari seorang guru honorer yang berada di Kupang, dia dipecat dari sekolah hanya karena menagih gaji hasil keringatnya selama 3 tahun.

Adi Melijati Tameno guru yang dipecat
Adi Melijati Tameno, menangis saat ditanya wartawan
Seperti yang kami kutip dari www.moral-politik.com, Adi Melijati Tameno terus menangis ketika didatangi para wartawan. Ia tak menyangkaakan dipecat hanya karena ia menagih gajinya yang sudah 3 tahun belum pernah dibayar oleh bendahara sekolah.

Selain dipecat, guru yang telah mengabdi sejak tahun 2009 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oefafi, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang itu, juga dilaporkan oleh Kepala Sekolah dan Bendahara Sekolah ke polisi dengan tuduhan telah mencemarkan nama baik pribadi kepala sekolah dan bendahara, juga nama baik sekolah.

Kepada wartawan, Tameno mengaku bingung, mana yang harus didahulukan, bekerja untuk mengisi perutnya atau menghadapi proses hukum? Maklum, sejak dipecat tiga bulan lalu, Temeno kini hanya mengisi hari-harinya dengan merawat ternak dan mengolah kebun jagung miliknya. Namun ia terkadang merasa rindu untuk bertemu dengan anak didiknya.

Bagaimana ceritanya hingga Tameno dipecat? Awalnya Tameno mengirim SMS ke bendahara sekolah; menanyakan soal pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang di dalamnya termasuk gaji guru. Namun bukan penjelasan yang didapat, ia justru dipecat secara sepihak oleh Kepala Sekolah.

Ironisnya, pemecatan itu dilakukan tanpa surat keputusan. Padahal tenaga honorer komite sekolah diangkat berdasarkan surat keputusan kontrak yang diperbaharui setiap tahun oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Kupang.

Beberapa hari lalu, ada salah satu teman gurunya datang menemui Tameno dan mengajaknya untuk mengajar kembali. Teman guru itu mengaku kasihan pada anak didik Tameno yang kini seperti anak ayam kehilangan induknya.

“Niat saya untuk kembali mengajar besar sekali, karena kalau saya tidak ada begini, pasti anak-anak hanya bisa bermain,” ujar Yameno sambil sesekali mengusap air matanya, Sabtu (5/3/16) sore.

Setelah dipecat dan sebelum berpisah dengan muridnya, Tameno sempat mengeluarkan uang pribadinya untuk membeli alat tulis dan papan tulis untuk murid-muridnya. Sebab, walau di sekolah itu ada dana BOS, tapi sekolah tidak pernah membeli pensil, spidol atau kapur, bahkan papan tulis.

Sejauh ini belum ada sikap tegas dari Bupati Kabupaten Kupang, Ayub Titu Eki. Ia hanya mengaku telah meminta Dinas PPO untuk segera mengatasi masalah yang dihadapi Tameno, serta kekurangan guru di SDN Oefafi.

sumber : www.moral-politik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *